Skip to content

Playing Gun

Minggu kemarin gw berlebaran di Aceh. Ternyata ritual permainan anak laki-laki disana masih tidak berubah, bermain senjata! Menjelang Idul Fitri, bukan cuma lilin kembang api dan alat-alat pembakaran lainnya yang banyak dijual di pasaran, tapi juga senjata mainan laras panjang. I dont know much about gun types, maybe they’re AK47 one. Tipe yang dijual sama bo (beda warna doang), gw ga ngerti deh darimana dapet stok barang-barang ini. Kebiasaan ini cuma ada di Aceh, well at least I don’t see it in Jakarta. Di hari-hari lebaran itu, kita akan menjumpai sekumpulan anak laki-laki dengan masing-masing memegang senjatanya dan berkeliling kota naik becak, mencari kumpulan anak laki-laki lain untuk diserang. Dan mereka tembak-tembakan pake anak peluru kecil bulat-bulat yang kalo kena lumayan juga sakit bo! What the hell are they thinking?! I think they still couldn’t think. Lucunya, main-main senjata ini cuma ada pas lebaran. Seperti sepupu kecil gw, pas malam lebaran dia mengeluarkan senjata mainannya lagi setelah terakhir kali digunakan saat lebaran tahun lalu.
I don’t remember since when this ritual happened in Aceh. Waktu gw kecil, yang ada cuma keliling-keliling kompleks pas malam lebaran sambil bawa alat penerangan. Ada yang bikin obor (yang jadi ketua kelompok) dan ada yang cuma narok lilin di batok kelapa. Kalau yang sedikit cerdas, suka bikin kereta-keretaan dari kaleng susu, plus roda dan tongkat penarik dari kayu, dengan lilin nya dimasukkan ke dalam kaleng itu. Not only girls, all boys did that too. Justru biasanya cowo-cowo itu suka bikinin kereta-keretaan yang lucu buat cewe-cewe 🙂 very nice! Tapi waktu gw uda agak gedean dikit (SMP or SMA, that means umm year 1997-2000), adik gw yang cowo mulai dibeliin senjata mainan (tanpa peluru! Haha bokap gw parno banget). Dan kayanya dia juga biasa-biasa aja mainnya, not too into it. I mean, he didn’t go around the town to shoot people/things (bener kan yi? :P) eventhough his friends did that.

What I thought is… mungkin awalnya, ada kelompok tertentu yang ingin mempersiapkan aneuk agam (anak laki-laki) untuk berperang, dengan cara sedari kecil diajarkan bermain senjata. Dan hal ini berlanjut terus ampe sekarang (malah menjadi budaya), eventhough the conflict has been finished. Hehe it’s just a thought.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published.