Skip to content

Summer in Aceh

Tanggal 29 Juni kmrn, gw sekeluarga pulang ke Lhokseumawe, Aceh, buat menghadiri khitanannya sepupu gw Dian (penting ya?!), sekalian liburan. Soalnya…although my parents often went back to Aceh, but the last time I went there is 2 years ago.

Not many activities we can do in Lhokseumawe. The weather is very hot, you couldn’t go out in the day without car. Sedangkan di dalam rumah, you couldn’t stand without any fan or AC all day and night. No karaoke, no cinemas, ga ada tempat shopping yang keren…satu2nya mal disana, Harun Square punya Surya Paloh, belum sepenuhnya selesai tapi udah ada aja orang yang merusaknya! Ada oknum tak dikenal yang melempari kaca jendelanya.

Ngomong-ngomong Harun Square, ada sebuah palang penunjuk arah yang menarik di gerbang masuknya…Mobil ke sebelah kanan, Honda ke sebelah kiri. I repeat, HONDA ke sebelah kiri! Trus motor yang bukan H*N*A ga bole masuk dong?! Hehehe orang aceh emang kebanyakan menyebut motor dengan Honda (atau di dalam pelajaran bahasa indonesia disebut dengan majas metonimia). Satu lagi sebutan orang aceh untuk motor adalah kereta. Waktu salah satu tante gw datang (oiya, 3 hari sebelum hari H udah banyak sodara2 dari kampung datang buat bantuin persiapan acara khitan si Dian), gw nanyain sepupu gw, “Adi mana?” Tante gw jawab, “Si Adi kan sekarang kerja di Banda Aceh, besok dia kesini naek kereta.” Trus gw langsung bingung, “Wahh sekarang udah ada kereta ya disini?” Giliran tante gw yang bingung….ehehehe!

But there is sea! I went to beaches many times (sebenernya pantainya bagus tapi ga terawat) while my cousin from Medan went fishing all the time. One time, Dian and I went to Ujongblang (one of beach) with motorcycle in the afternoon. We just sat in a food stall (eating very maknyus rujak…ohh!) looking some tractors arranging corals for blocking tsunami. Then when we wanted to go home, we had difficulty to move our motorcycle…motornya ga mau maju mungkin karena pasir yang tebal. Then woman from the food stall where we sat before came to help us moving motorcycle to go backward until ground-without-sand. We thanked her a lot then try to push the motorcycle forward again, but it still didn’t work. Kami mulai menjadi pusat perhatian orang banyak. Then suddenly a girl call us, “Kak, Kak, itu gemboknya belum dibuka!” OMG, OMG, OMG, tadi si Dian ngegembok roda depan trus sekarang lupa ngebukanya. Damn you, Dian…. malu banget! Dian langsung jongkok ngebuka gembok, sedangkan gw sambil nyengir tolol menghadapi orang-orang yang ngetawain. I never ever went to Ujongblang again! (the rest of my holiday I spent in others beaches -_-).

Tapi akhir2 ini, ada orang-orang berjubah putih mengusir pengunjung2 dari pantai dan sungai. Menurut mereka, mandi laut ato mandi sungai itu haram dalam Islam. Mereka juga melakukan razia di jalan terhadap cewe-cewe…wanita ga boleh pake celana, melainkan rok panjang. Kalo nemuin cewe yang pake celana, mereka langsung nyemprotin ramuan khasnya ke celana si cewe itu….ramuan aki mobil yang bikin badan gatel2 en warna baju jadi luntur. Coba kalo kena mata, ya ampun…! Hhhh with all these prohibitions, who still stands living in Aceh?!

I also went to visit my grandma in Beureneun (4 hours from Lhokseumawe) for one night, jalan2 di sawahnya. Walaupun udah tua, nenek gw masih bertani loh…bareng tante en tetangga2 (yang nanam padi biasanya cewe2, hasilnya baru dibawa en dijual oleh cowo2nya). Dari Beureneun, gw langsung ke Banda Aceh (3 hours from Beureneun) bareng sepupu gw di Beureneun yang kuliah di Banda Aceh. I lived in her room for two nights. On the first day, my hi school friend picked me up. We hanged out all day with other friends, making a small reunion (setiap malam selalu ada angin kencang di Banda Aceh, so we only could take a walk at day). Banda Aceh sekarang bener2 ga keliatan seperti baru saja diterjang tsunami. Walaupun di Banda Aceh juga ada pemadaman listrik 4 jam sehari, tapi kotanya bener2 rame en bikin macet. Rumah-rumah korban tsunami udah banyak yang kembali dibangun, seperti rumah salah satu temen gw yang dibangun oleh USAID. Selain Aceh, USAID juga mendanai pembangunan rumah selepas tsunami di Srilanka…dan ntah kenapa dengan dana yang sama untuk setiap rumah, rumah yang dibangun di Aceh lebih buruk rupa dibanding yang di Srilanka. Mudah2an isu soal penggelapan dana tsunami di pemerintah Indonesia itu ga bener.

Cuaca panas, angin kencang, mati listrik 4-8 jam sehari, no entertainment…sometimes I feel amazed why people can life so simple and hard, like that.

Leave a Reply

Your email address will not be published.