Postingan pertama di seri WTM ini akan menceritakan tentang perpustakaan yang keluarga saya kunjungi hari Sabtu lalu. Ini bukan Perpustakaan Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini langganan kami, tapi Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang baru diresmikan 3 minggu lalu oleh Presiden kita. Dari postingan-postingan yang beredar di sosial media, katanya perpustakaan ini baru akan dibuka untuk umum tanggal 9 Oktober 2017. Tapi kok sudah banyak yang pamer foto-foto disana? Wah saya pun tidak mau kalah dan penasaran untuk segera kesana.
Awalnya saya kira Perpusnas baru yang disebut-sebut ini adalah Perpusnas tua di Salemba yang dirombak jadi baru. Ternyata bukan, gedung Perpusnas hits ini berada di lokasi lain yaitu di Jl. Medan Merdeka Selatan No.11 di samping Balai Kota Jakarta dan di seberang Monas. Saya baru tau kalau di lokasi itu tadinya memang adalah gedung Perpusnas, tapi cuma 3 tingkat dan tidak menarik. Mungkin selama ini ga ngeh karena sejak tahun 2013 ditutupi papan-papan proyek untuk direnovasi, yang akhirnya selesai tahun ini. Dan hasilnya keren. Perpustakaan tertinggi di dunia.
Keterangan semua lantai |
Dari parkiran basement, kami naik lift menuju Lantai 2 dulu. Begitu lift terbuka, woah saya langsung takjub melihat display rak buku tinggi dari Lantai 1 ke Lantai 4. Sepertinya buku-buku ini cuma buat pajangan sih, bukan dipinjem. Di Lantai 2 ini ada 3 counter staff dan belasan PC untuk mendaftar sebagai anggota. Suami mengisi data diri di salah satu PC, sedangkan saya yang sudah daftar lewat website Perpusnas, hanya perlu menuliskan nomor anggota di PC lain lalu mendapat nomor antrian. Niatnya sih mau buat kartu anggota plus nanya-nanya. Tapi pas lihat nomor antrian, ya ampunnn… saya dapat nomor 249 sedangkan antrian saat itu masih di nomor 130an. Gatau tuh kenapa, antara pengunjung yang ramai saat weekend atau petugas nya sedikit dan lama kerjanya. Ya sudah kami tinggal deh dan muter-muter tempat ini dulu.
Rak buku 4 lantai |
Dari Lantai 2 ada eskalator tapi hanya sampai Lantai 4. Kami naik eskalator sampai Lantai 4, sambil melihat-lihat, baru lanjut naik lift. Di Lantai 4 ada foodcourt tapi stall-stall nya masih pada kosong. Kami kemudian naik lift menuju Lantai 7 tujuan utama kami, yaitu playground dan buku anak-anak. Nad seneng banget menjelajahi semua sudut ruangan, milih dan lihat-lihat bukunya walaupun cuma sebentar karena ter-distract dengan mainan-mainan. Ada perosotan, rumah-rumahan, kolam bola, lego blocks dan lain-lain. Ada mobil-mobilan juga tapi sayang cuma 2 buah, dipakai terus dan banyak anak yang pengen naik juga (termasuk Nad). Selain itu saya seneng banget ngeliat ada mainan tradisional congklak. Walaupun Nad belum tau cara mainnya, dia asik aja mindah-mindahin keong nya dari satu lubang ke lubang lain hehe. Tempatnya nyaman banget full carpet. Buku-bukunya sendiri beragam ada yang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan tentunya masih baru-baru.
Setelah 45 menit main, kami coba turun lagi ke Lantai 2 mau lihat antrian udah sampai mana. Jreng jreng, masih antrian ke 160an. Jadi 45 menit bisa terlayani cuma 30an antrian. Buat sampai ke nomor antrian saya bisa 2 jam-an lagi dong. Saya pun memutuskan untuk jalan lagi melihat lantai-lantai lainnya. Petugas security mengatakan buku-buku umum ada di Lantai 21-22, tapi harus nitip tas dulu di loker di Lantai 2. Untuk mengambil kunci dari petugas tidak perlu menukar dengan kartu identitas apapun. Setelah itu kami menuju lift lagi. The elevator is another disappointment. Five small lifts for 24 floors plus 2 basement floors are not enough during weekend. Nunggu lift nya agak lama dan berebutan. Terpaksa ambil lift turun dulu baru naik.
Lantai 21 – Monograf |
Di Lantai 21 dan 22 banyak tempat duduk, meja dan sofa untuk membaca, belajar dan bekerja. Pokoknya tempat duduk ada dimana-mana, bahkan di tangga yang memghubungkan kedua lantai. Di Lantai 21 ada ruangan diskusi dan di Lantai 22 ada Reading Area. Sebenernya dimana-mana juga reading area sih tapi khusus disitu ada tulisannya gede-gede dan instagrammable haha *penting*. Dari sana kami naik lift lagi ke Lantai 24 dimana ada ruangan eksekutif yang kita bisa duduk-duduk sambil memandangi Monas di seberang. Ada juga bangku dan taman kecil di balkon hampir sekeliling lantai, tapi agak panas nongkrong disana siang bolong. Sebaiknya taman-taman itu dikasih canopy atau penutup yang bisa dibuka tutup jadi kalau panas atau hujan masih bisa dipakai buat duduk-duduk. Walaupun di Lantai 2 dan lift terlihat banyak pengunjung, tapi di 3 lantai ini sepi dan syahdu (aih).
Ruangan Eksekutif di Lantai 24, bisa duduk sambil memandang Monas di seberang |
Kami turun lagi ke Lantai 2 untuk mengambil tas saya, dan melirik antrian masih di nomor 190an. Ga worth it buat ditungguin. Kami turun ke Lantai 1 dengan eskalator untuk lihat-lihat bazar yang sedang berlangsung di teras gedung, tapi bazaar nya kurang menarik. Masa’ banyakan jualan baju, tas, makanan dan lain-lain sedangkan buku-buku cuma 2 booth. Di Lantai 1 ada juga TV besar yang menayangkan video soal Perpusnas baru ini. Saat di TV muncul bagian anak-anak Lantai 7, Nad langsung nunjuk-nunjuk dan bilang, “Library! Library!” Jadi dia kira yang namanya ‘Library‘ itu area anak-anak yang ada playground nya saja haha.
“Library! Library!” |
OK waktunya pulang. Memang niatnya cuma ‘mengintip’ sebentar isi Perpusnas, Kirain masih belum buka, eh malah ternyata cukup banyak orang yang berkunjung hari itu. Petugas security nya ramah-ramah, dari mulai petugas di pagar masuk, di parkiran basement, di lift, di Lantai 2, di Lantai 1, sampai petugas di pagar keluar. Mungkin mereka sudah di-training dengan sangat baik untuk ramah kepada pengunjung. Senang sekali ada Perpusnas keren seperti ini di Jakarta. Bakalan betah deh nongkrong disini lama-lama, sekalipun bawa anak kecil. Mau ketemuan dan ngobrol sama temen-temen juga bisa di area foodcourt atau di taman-taman balkon. Definitely a great public space non mall. Jam bukanya dari jam 9 pagi sampai 4 sore setiap harinya. Ayo ke Perpus!